Rabu, 21 Agustus 2019

Sosial Budaya, Potensi Pariwisata dan Toponomi Daerah Sekitar


Sosial Budaya

Aspek sosial budaya yang terdapat disana, sangat menarik sekali, karena masih manjungjung tinggi norma dan nilai sepeninggal para leluhurnya. Mulai dari aspek moral, etika, estetika hingga hubungan antar individu satu dengan yang lainnya.
Masyarakat disana masih memegang teguh dan percaya atas nilai-nilai yang telah ada secara turun temurun, yang sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai filosofis, yang kemudian menghasilkan tatanan sosial yang menjungjung tinggi kearifan lokalnya tersebut. Tidak terlepas dari budaya yang telah mengakar, semuanya merupakan hasil dari pemikiran sejak dahulu yang berkembang hingga sampai saat ini. Maka tidak aneh jika masyarakat disana sangat taat terhadap hukum yang berlaku.
Jika melihat terhadap latar belakang kebudayaan disana, secara historis daerah tersebut merupakan tempat yang dianggap penting pada jaman kerajaan, jaman para wali, hingga jaman kolonial Belanda. Namun tetap ageman atau kepercayaan disana memegang teguh terhadap Budaya Sunda. Meskipun berada di kaki Gunung Tilu, pola pikir masyarakat, dan keseharian disana tidak jauh berbeda dengan daerah lainnya, hanya yang membedakan disana terdapat kewajiban untuk menaati hukum adat yang berlaku, sehingga tidak dapat bertingkah seenaknya.
Ada satu ketentuan yang berlaku di Kampung Adat Cikondang tersebut, yaitu mengenai penentuan Ketua Adat dan Juru Kunci Rumah adat. Jika penentuan Ketua Kampung Adat, semua masyarakat yang ada disana bisa berpotensi, pastinya dengan catatan memiliki pengaruh dan jasa-jasa yang telah diberikan terhadap Kampung Adat. Jika pemilihan Juru Kunci atau Kuncen Rumah Adat itu dilakukan secara turun temurun, tidak sembarang orang bisa, menurut penelusuran bahkan pegawai yang bekerja disana pun itu harus secara turun temurun, seperti halnya pasapon (tukang sapu dan bersih-bersih) itu harus turun temurun.
Ajang berkumpul semua elemen masyarakat disana yaitu ketika event tahunan, salah satunya Wuku Taun. Pada acara tersebut, semua berkumpul, berdoa dan memberikan persembahan di Rumah Adat sebagai bentuk rasa sukur terhadap Tuhan yang Maha Esa dan para leluhur terdahulu. Diselangi juga dengan persembahan musik Tradisinal Beluk dan berbagai makanan khas asli Cikondang. Acara tersebut, menjadi daya tarik tersendiri, karena banyak sekali pengunjung yang datang ke acara tersebut, bahkan para Pejabat pun ikut hadir.

Potensi Pariwisata

Kampung Adat Cikondang merupakan situs warisan di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, secara hukum situs tersebut telah diakui dan diperkirakan telah ada sejak abad ke-16 Masehi. Objek utama dari Kampung Adat Cikondang adalah Rumah Adat Cikondang.
Rumah Adat Cikondang merupakan suatu tempat yang sangat hormati oleh warga sekitar, karena memiliki sejarah yang sangat panjang. Dalam komplek rumah adat tersebut terdapat hutan larangan yang tidak sembarang orang bisa memasukinya, kemudian ada makam Kramat yang menurut penuturan Pak Kuncen yang jaga disana, makam tersebut merupakan makan wali yang telah menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, kemudian ada leuit sebagai tempat penyimpangan beras dan pangan lainnya agar awet. Berlaku juga pada runah adat sendiri bahwa tidak sembarang orang masuk ke dalam dengan catatan yang non-islam dan wanita haid tidak boleh kecuali sangat membutuhkan dan mendesak baru boleh.
Budaya tani dan lahan tani adat merupakan objek lain yang bisa menjadi alternatif pariwisata, karena biasanya kampung-kampung adat memiliki norma dan aturan mengenai tata kelola lahan adat. Dan pada masa panen raya, ada acara perayaan hasil panen yang menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Pada alat keseniannya, ada alat musik asli Kampung Adat Cikondang yaitu Beluk, biasanya alat ini digunakan dalam acara-acara besar seperti pesta panen raya, hajatan, kemerdekaan dan lainnya. Begitupun dalam memainkannya tidak dapat digunakan oleh sembarang orang. Selain alat kesenian, ada juga kerajinan tangan seperti frame foto (figura) dari bambu, bekong (cangkir dari bambu), sendal refleksi dan alat bantu refleksi.
Dan yang paling menarik perhatian adalah perayaan Wuku Taun yang dilakukan setahun sekali dari tanggal 1-15 Muharram tahun Hijriyah, karena melibatkan seluruh aspek masyarakat sekitar dan pelaksanaan puncaknya yaitu pada tanggal 15 muharam.

Toponimi Daerah Sekitar

Pangalengan

Sejarah nama Pangalengan, di tempat tersebut pada jaman dahulu kala ada Goa untuk berlindung dari karaman (rampog/begal). Rakyat se-Kabupaten Bandung sangat resah akan adanya rampog tersebut, serta Pemerintah juga tidak dapat berkutik, pada suatu masa ada seorang yang sangat gagah berani, sanggup untuk membasmi rampog tersebut. yaitu Camat Majalaya, tanpa bantuan orang lain ia masuk ke Goa Karaman dengan tangan kosong. Setelah beberapa waktu beliau keluar dari goa, sembari membawa pemimpin karaman, pakaiannya penuh dengan sayatan-sayatan golok. Namun tanpa luka sedikitpun. Di luar telah berkumpul Bupati Beserta Saudagar-saudagar dari Bandung dengan tampak bahagia, Camat Majalaya dikaleng (dirangkul) oleh Bupati, serta diberi gelar Damang kemudian dikenal dengan nama Raden Raksa Nagara. Itulah sejarah nama tempat tersebut, sehingga sampai saat ini disebut Pangalengan. Sumber: Kandaga 1957
Dalam sejarah lain yang berkembang di masyarakat, bahwa Pangalengan adalah tempat Pakaleng-kaleng (saling merangkul) satu sama lain dari berbagai daerah dan latar belakang kebudayaan, sehingga saling merangkul satu sama lain dan dinamai lah Pangalengan

Lamajang

Lamajang merupakan nama Desa di Kecamatan Pangalengan yang berbatasan langsung dengan kecamatan Cimaung dan Pasirjambu. Dalam sejarah penamaan tempat tersebut, kata “Lamajang” berasal dari dua suku kata bahasa Sunda laun-laun (pelan-pelan) dan majeng (maju dan berkembang). Menurut penelusuran ke sesepuh yang ada disana, bahwa penamaan tersebut telah disematkan oleh para lelehur yang terdahulu, dengan tujuan agar daerah tersebut akan maju dan berkembang pada suatu masa yang akan datang (masa sekarang).

Cikondang

Cikondang merupakan nama Kampung adat yang ada di Desa Lamajang, Cikondang bersal dari dua suku kata bahasa Sunda yaitu cai (air) dan kondang (pohon kondang), penamaan tersebut lebih terhadap pemaknaan tempat tersebut, karena pada dahulu kala ada air yang mengalir di bawah pohon kondang atau melewatinya. Pada saat ini, pohon tersebut memang sudah jarang sekali diemukan, namun tetap Cikondang menjadi penyebutan daerah tersebut.

Logawa

Logawa merupakan nama salah satu Kampung yang ada di Desa Lamajang, Logawa dalam bahasa lain biasa disebut Legowo, yang artinya menerima dan lapang dada. Menurut informasi yang diterima, di daerah tersebut pernah terjadi suatu peristiwa yang memilukan sehingga memaksa masyarakat disekitar menerima atas apa yang telah terjadi, maka disebutlah legawa.

Batu Eon (batu éon)

Disebut juga batu nunggal karena batunya sangat besar dan satu-satunya di daerah tersebut. Menurut penuturan yang dilakukan, pada tahun 1955 ada sebuah proyek yang bertujuan membuka perusahaan, lahan yang terdapat batu besar merupakan lahan yang termasuk dalam proyek tersebut. Anehnya batu tersebut tidak bisa dibongkar apalagi dihancurkan, pada suatu hari didatangkanlah Pak Eon untuk mem-bor batu tersebut, berselang satu minggu setelah itu, pak Eon meninggal dunia, maka disebutlah Batu Eon.

Penulis : Najmy Adilla Syafruddin (180210170037)

Read More

Sabtu, 10 Agustus 2019

Cikondang dalam Sektor Ekonomi

Cikondang dalam Sektor Ekonomi


Cikondang, Seperti desa khas adat-istiadat memiliki keharmonisan antara perekonomian dan pelestarian budaya, mengingat tema dari kkn saya kali ini yang berhubungan dengan sustainability tourism, maka fokus utama dari perekonomian cikondang bukanlah semerta merta urusan profit, namun kelestarian kebudayaan pun tetap harus di pertimbangkan.

A. Desa Adat

Salah satu situs terkenal di desa cikondang adalah rumah adat yang terletak didalam kawasan perkampungan warga, disini tidak ada tiket masuk dan embel-embel lain, namun hal itu sangatlah wajar, mengingat juru kunci rumah adat ini mengatakan bahwa di rumah adat bukanlah tempat wisata konvensional melainkan wisata religi dan tempat untuk berziarah, oleh karena itu saya tidak akan membahas terlalu jauh atas aspek ekonomi pada bagian rumah adat ini, mengingat pemasukan daerah dari situs ini nihil. Namun bukan berarti tempat wisata ini tidak memiliki potensi pemasukan daerah sama sekali.


Tampak Depan Rumah Adat

Setiap tanggal 15 muharram akan ada suatu acara adat dimana masyarakat membuat acara besar yang melibatkan banyak pihak, dimana pada acara tersebut akan ada proses penumbukan padi hingga acara tumpengan dan juga acara adat lainnya. Pada saat itu, potensi ekonomi yang akan muncul juga akan menjadi banyak. Namun sepertinya pemenuhan potensi ekonomi ini tidak terjadi secara keseluruhan, karena pada dasarnya acara ini bersifat gratis (Karena memang sudah budaya mereka, hampir mirip dengan grebeg suro pada masyarakat ponorogo, jawa timur) beberapa saran agar potensi pemasukan ekonomi daerah melalui acara ini sangatlah banyak, namun pihak masyarakat masih belum menyadari potensi ekonomi ini secara luas. Salah satunya, masyarakat dapat memanfaatkan momen puncak acara tersebut sebagai ajang etalase karya seni, ukiran maupun oleh oleh tradisional ke pada wisatawan yang datang pada acara ini, selanjutnya pula akan saya bahas tentang potensi kerajina tangan di desa cikondang yang beriringan dengan kawasan wisata desa adat

B. Kerajinan Tangan sebagai alternatif pemasukan daerah, dan publikasi ke dunia luar.

Setiap desa adat, pastilah memiliki suatu kerajinan tangan yang khas, begitu pula halnya dengan desa adat cikondang. Mereka pun memiliki pengrajin, kali ini pada desa cikondang pengrajin ini terkenal akan kerajinan tangan yang terbuat dari bambu hitam.

Anyaman Bambu hitam
Namun, mereka pula memiliki suatu masalah, yakni pendapatan yang menurun dari masa ke masa. Mengapa mereka menurun pendapatannya seiring waktu berjalan? Menurut pengrajin yang sudah berbisnis bertahun tahun, membuat kerajinan tangan membutuhkan waktu, dan hal itu hanya dilakukan sebagai sampingan saja, karena masyarakat desa cikondang memiliki pencaharian utama berdagang dan bertani. Selain itu minimnya suatu media pemasaran, yang mana pemasarannya hanya dari mulut ke mulut terkesan kurang mengikuti perkembangan jaman. Tidak hanya itu minimnya bantuan dari daerah pusat juga hanya memperparah keadaan saja.
Figur dan Lukisan yang Berasal dari Anyaman Bambu hitam

C. Kesimpulan dan Saran

Melihat masih belum adanya suatu demand (Permintaan) maka supply (Penawaran) pun tidak akan ada pula. Hal ini disebabkan oleh banyak hal. Dalam kasus Desa Cikondang, penduduk desa masih belum memiliki media pemasaran yang up to date pada jaman sekarang, dan juga pemerintah yang kurang peduli terhadap potensi pemasukan bukanlah hal yang baru lagi, Namun hal ini dapat diatasi di masa yang akan datang dengan solusi mengikat erat antara kerajinan dan desa adat dalam satu rangkaian acara, yakni pada puncak 15 muharram.
Dimana pada masa tersebut pemerintah daerah dapat membantu pengrajin mendirikan suatu galeri seni yang bertujuan untuk mempromosikan kerajinan daerah khas cikondang, sehingga rantai permintaan dan penawaran akan tercipta, di masa yang akan datang perlu pula diadakannya suatu sistem E-Commerce (Penjualan Online) untuk barang barang kerajinan yang dihasilkan pada desa Cikondang, mengikuti pada rantai permintaan dan penawaran yang diperoleh dari hasil pengikatan acara 15 muharram dan juga kerajinan daerah, sehingga nantinya pemasukan daerah wisata cikondang akan berjalan, dan pada akhirnya alokasi dana yang didapat nantinya bisa dipakai untuk keperluan acara adat dan pemeliharaan desa wisata cikondang.


    
 Oleh Rangga Nur Herlambang

Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2016
Read More

Jumat, 09 Agustus 2019

Sejarah Kampung Cikondang


Sejarah Kampung Cikondang

Rumah Adat Cikondang
Kampung cikondang sendiri memiliki sejarah Panjang, dimana pada abad ke 17 mereka warga Cikondang merupakan orang-orang Nomaden tani yang selalu berpindah-pindah, mereka membuka lahan hutan untuk dijadikan pertanian  dan perkampungan. Dan mereka panen padi setahun sekali pada saat musim hujan, hingga pada tahun 1911, dimana pada tahun itu selokan dibuat untuk mengaliri sawah sehingga mereka dapat panen dua kali setahun. Pada akhir tahun 1942 terjadi sebuah musibah kebakaran, dimana asal api itu dari unggunan di depan Rumah penduduk, malam-malam pada saat itu ada angin besar sehingga tidak terkontrol sehingga menyebarnya api dan menyambar atap-atap rumah-rumah adat. Sehingga rumah adat yang pada saat itu berjumlah 61 rumah terlahap api dengan hanya menyisakan satu rumah yang akhirnya dijadikan masyarakat Cikondang sebagai rumah adat.  
Pada 15 Muharram selalu ada ritual adat di Rumah adat sendiri, dimana ritual tersebut dilakukan sebagai awal taun pembersihan dari marabahaya atau bencana. Diindikasi terlihat pada masyarakat adat cikondang mulai 1 hingga 14 Muharram. Dan puncaknya 15 Muharram dengan pembacaan doa menyambut tahun baru Islam. Untuk memperhitungkan penanggalan sepanjang waktu, di rumah adat sendiri ada alat yang digunakan untuk menghitung penanggalan dengan system perhitungan tertentu.
Situs Rumah adat Cikondang sendiri sudah menjadi cagar alam menurut undang-undang no.2 tahun 1992. Dan ajaran Islam di Kampung Cikondang mengikuti tuntunan ajaran Wali songo dari Sunan Gunung Jati, yaitu Syeh Syarif Hidayatullah.



Rumah Adat Cikondang

Jendela Rumah adat, Terlihat 9 Ventilasinya
Kampung Cikondang yang terletak di Desa Lamajang kecamatan Pangalengan ini merupakan sebuah Kampung adat yang berumur sangat tua, diperkirakan kampung ini berdiri pada abad ke 17 masehi. Di rumah adat tersebut dibangun dari berbagai filosofi. Rumah adat tersebut memiliki ukuran 12 x 8m dengan bahan pembuatan berupa kayu dan bambu yang diambil dari hutan larangan, dengan luat keseluruhannya adalah 3 hetar. 12 sendiri menandakan setahun 12 bulan, dan 8 sendiri menandakan sewindu 8 tahun. Dengan atap yang dibangun menggunakan daun alang-alang dan sabut ijuk aren., seperti bagaimana hanya ada satu pintu keluar (asal dari Allah, kembali ke Allah), dengan adanya parasanak sebagai bahunya. Lalu ada lima jendela (yang berarti lima rukun islam) dan di jendela tersebut ditutup oleh Sembilan ventilasi kayu (yang berarti 9 Wali atau Wali Songo). Lalu ada bangunan lainnya di dekat rumah adat yaitu bangunan untuk menyimpan lumbung padi, pare-pare untuk tempat beristirahat dan bangunan Tampian Pancuran yang digunakan untuk mandi diatas kolam ikan. Rumah adat terletak dibelakang pemukiman Warga Cikondang dengan posisi lebih tinggi dari rumah-rumah sekitar.

Ruang Masak untuk keperluan Ritual 15 Muharram
 Di bawah atap terdapat para yang digunakan untuk menyimpan alat-alat ritual yang dipakai untuk upacara 15 Muharram, sementara dibawah Para ada Pago yang merupakan tempat untuk menyimpan peralatan masak. 
Di bagian dalam Rumah terdapat dua ruangan, yaitu ruangan untuk tidur dan ruangan yang dikhususkan untuk menyimpan barang pusaka (Pendaring). Di tengah ruangan terdapat  Sebelah selatan dari rumah adat ada makan keramat dari Uyut Pameget dan Uyut Istri. yang Namanya tabu tidak boleh disebutkan Nama jelas, namun biasa dipanggil Ma. Empuh. Makam tersebut merupakan keturunan dari Ma. Empuh di abad ke 18 masehi. Dan sesuai hukum adat dari Ma. Empuh, seluruh bangunan di lahan Adat tidak boleh ditambah maupun dikurangi. Hari-hari ziarah ke makam leluhur adalah setiap hari senin dan hari kamis, hari-hari lain dianggap tabu bagi masyarakat adat cikondang. Dan setahun sekali suka diadakan acara wuku tahun alias seren tahun, yaitu acara berterimakasih kepada karuhun keluarga Ma. Empuh, dan mendoakan agar diterima iman islamnya, dimaafkan dari dosanya dan diterima amalnya.



Silsilah Juru Kunci Rumah Adat Cikondang
1.       Juru kunci Rumah Adat Cikondang Pertama, yaitu Ma. Empuh di abad ke -17
2.       Juru kunci Rumah Adat Cikondang Kedua, yaitu Ma. Aking di abad ke-18
3.       Juru kunci Rumah Adat Cikondang Ketiga, yaitu Anom Idil di abad ke-19
4.       Juru kunci Rumah Adat Cikondang Keempat, Yaitu Anom Rukman di tahun 1962-1978
5.       Juru kunci Rumah Adat Cikondang kelima, yaitu Anom Rumya dari tahun 1978 – 2003
6.       Juru kunci Rumah Adat Cikondang keenam, yaitu Aki Emen dari tahun 2003-2005
7.       Juru kunci Rumah Adat Cikondang Ketujuh, yaitu Anom Darma dari tahun 2005-2006
8.       Juru kunci Rumah Adat Cikondang kedelapan, yaitu Anom Samsa dari tahun 2007-2010
9.       Juru kunci Rumah Adat Cikondang kesembulan, yaitu Anom Juhana dari tahun 2010-sekarang

Oleh Devara Bayu Perdana
Mahasiswa Sejarah







Read More

Selasa, 06 Agustus 2019

Cikondang dalam Sektor Peternakan

Kampung cikondang dalam sektor peternakan

kampung cikondang yang merupakan  kampung pariwisata budaya yang terletak di desa lamajang kecamatan pangalengan, pada sektor peternakan di kampung cikondang ini terbilang masih belum banyak hanya ada beberapa warga yang beternak karena mayoritas di kampung cikondang mata pencaharianya berdagang dan Bertani. Meskipun di pangalengan terkenal sebagai tempat penghasil susu sapi dan banyak ternak sapi perah akan tetapi di kampung cikondang ini beternak sapi perah sangatlah tabu karena sapi perah merupakan hewan yang dibawa oleh negara barat dan di kampung cikondang ini hal-hal yang berbau barat masih dilarang dan masih menjunjung kebudayaan local. beberapa ternak yang berada di kampung cikondang adalah :

1.      Ayam


Di kampung cikondang ini untuk ternak ayam digunakan sebagai acara adat kebudayaan yang di selenggarakan setiap satu taun sekali pada 15 muharam. Ternak ayam ini digunakan sebagai jamuan pada saat acara adat di rumah adat yang berada di kampung cikondang masyarakat sekitar menyebut ayam tersebut dengan nama ayam merah, ayam hitam, dan ayam putih. Selain digunakan sebagai acara adat ternak ayam di kampung cikondang ini hanya skala rumahan dan digunakan untuk konsumsi masyarakat kampung cikondang

2.      Kerbau

Untuk ternak kerbau masyarakat kampung cikondang kerbau digunakan untuk membajak sawah di sector pertanian karena mayoritas masyarakat kampung cikondang bekerja sebagai petani di persawahan. Kerbau menjadi alat pendukung pertanian masyarakat desa, seperti membajak sawah, mengangkut barang dll. Selain itu ternak kerbau di gunakan juga untuk konsumsi.




3. Bebek


Ada beberapa masyarakat di kampung cikondang yang beternak bebek , di kampung cikondang ini ternak bebek digunakan untuk menujang kehidupan di kampung cikondan selain Bertani. Ternak bebek ini di ternak untuk di ambil telurnya setelah masa panen lalu telur tersebut di jual kepada masyarakat sekitar yang berada di kampung cikondang dan desa lamajang

Dapat disimpulkan bahwa sektor peternakan di kampung cikondang masih dalam sekala yang sangat kecil karena mayoritas mata pencaharian di kampung cikondang yaitu sebagai petani dan berdagang yang mengakibatkan ternak di kampung cikondang terbilang masih minim



Oleh Guruh Putra Pratama (200110160023)
Fakultas Peternakan 2016
Read More

Senin, 05 Agustus 2019

Cikondang dalam Sektor Kesehatan

Selain membahas tentang adat tradisional yang ada di Kampung Cikondang, disini kami akan membahas tentang bagaimana warga Cikondang menjaga kesehatan, baik secara jasmani maupun rohani, dan yang menariknya lagi, warga yang ada di Kampung Cikondang masih banyak yang menggunakan obat-obatan tradisional.
Obat-obatan tradisional ini merupakan obat-obatan yang biasanya terbuat dari bahan-bahan alami dan hampir selalu dipakai di Kampung Cikondang. Obat tradisional juga bisa disebut sebagai jamu, definisi dari obat tradisional atau jamu ini adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan serian (generik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Biofarmaka IPB, 2013).
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2004) mengelompokkan obat herbal menjadi tiga bentuk sediaan yaitu sediaan jamu, sediaan herbal terstandar dan sediaan fitofarmaka, Persyaratan ketiga sediaan berbeda yaitu untuk jamu pemakaiannya secara empirik berdasarkan pengalaman, sediaan herbal tersandar bahan bakunya harus distandarisasi dan sudah diuji farmakologi secara eksperimen, sedangkan sediaan fitofarmaka sama dengan obat modern, bahkan harus distandarisasi dan harus melalui uji klinik (Badan POM, 2004). Dan di Kampung Cikondang masih ke dalam golongan jamu. 

A.   Isi
Terdapat beberapa obat-obatan tradisional atau jamu yang dikomsumsi oleh warga Cikondang, diantaranya:
·     Antanan Gede, Leutik
·     Akar Kawung
·     Akar Jambe 
·     Akar Kelapa
·     Buah Jambe Gumeuleuh
·     Puteri Malu 
·     Akar Eurih
·     Akar Lampuyang
·     Babadotan
·     Daun Sembung
·     Tangkal Honje
·     Kulit Kimanis
·     Kulit Mahoni
·     Patrawali
·     Daun Manalika
·     Ginseng
·     Daun Sirih
·     Daun Saliara
·     Kunir
·     Jahe
·     Laja/Lengkuas 
·     Cikur/Kencur
·     Cengkeh 
·     Daun Binahong
·     Pala
·     Daun Sukun
·     Keras Tulang
·     Jeruk Nipis
·     Daun Handeuleum/Daun Ungu
·     Koneng Bodas/Temu Putih
·     Daun Kiurat/Daun Sendok
·     Bujanggut/Daun Poko
·     Kemangi 
·     Jotang 
·     Daun Arben
·     Takokak
·     Sadagori
·     Buah Mangkudu
·     Daun Gedang/Daun Pepaya

Inilah nama-nama tanaman obat tradisional/jamu yang selalu diminum setiap 2 bulan sekali, dimana kata abah ilin seluruh tanaman obat tradisional tersebut di rebus selama beberapa menit, kemudian rebusan tersebut dibuat menjadi takaran satu gelas dengan disaring, lalu diminum.  seluruh tanaman tersebut didapatkan dari Desa Lamajang itu sendiri. Diketahui bahwa semua tanaman ini memiliki khasiat yang bagus bagi tubuh, diantaranya:

1)   Antanan Gede, Leutik (Centella asiatica)
Tanaman tersebut memiliki berbagai macam manfaat. Pertama, dapat menahan aktivitas bakteri (Shigella, Staphylococcus aureus, dll), jamur (Aspergillus niger, Candida albican), dan virus (Herpes Simplex Virus). Kedua, mengandung asiatica acid yang dapat berfungsi untuk menahan aktivitas sel kanker dan dapat menahan pertumbuhan sel tumor. Ketiga, dapat menurunkan gula darah yang tinggi untuk normal kembali, juga dapat membantu proses penyembuhan luka pada pasien diabetes. Keempat, meningkatkan sintesis kolagen tipe I sehingga dapat memberikan manfaat antiaging. Bagian daun dari tanaman C.asiatica ini juga kaya akan antioksidan. Tanaman C.asiatica juga dapat diminum dalam bentuk jus segar yang terbukti dapat membantu proses penyembuhan luka ulkus. (Zahara K, dkk, 2014)

2)   Akar Kawung (Arenga pinnata)
Tanaman Arenga Pinnata umumnya digunakan untuk membuat gula merah, tetapi tanaman tersebut juga memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan. Untuk akar dari kawung dapat di konsumsi dalam bentuk jamu untuk menyembuhkan sakit punggung, badan, dan bisa juga menjadi obat untuk kejantanan. Selain dalam bentuk jamu, akar tersebut dapat dipotong lalu air akan mengalir keluar dari akar tersebut. Teteskan air tersebut ke mata untuk menyembuhkan katarak dan juga membersihkan lendir pada mata. (Gunawan R, dkk, 2018)

3)   Akar Jambe (Areca catechu)
Jambe merupakan nama lain dari tanaman Pinang dalam Bahasa Sunda dan Jawa. Akar jambe sendiri umumnya digunakan untuk obat tradisional dalam menyembuhkan gangguan saluran kemih, iritasi kulit, gangguan cacing, dan dapat juga digunakan sebagai komponen dalam persiapan tonik untuk kesehatan. (Raphael R, dkk, 2014)

4)   Akar Kalapa (Cocos nucifera)
CREATOR: gd-jpeg v1.0 (using IJG JPEG v80), quality = 100
Akar dari tanaman kelapa umumnya digunakan untuk menyembuhkan penyakit diare, demam, dan sakit perut. Pada beberapa penelitian, terbukti bahwa akar kelapa memiliki manfaat lain yaitu dapat berfungsi sebagai anti-kejang dan anti-depresan. (Lima E, dkk, 2015)

5)   Buah Jambe Gumeuleuh
Buah jambe gumeuleuh disebut juga sebagai buah pinang muda, umumnya digunakan untuk mengatasi penyakit kulit seperti bisul, koreng, borok (ulkus), eksim. Ekstraksi dari buah pindah muda juga terbukti memiliki fungsi sebagai antibakteri terutama bakteri Staphylococcus Aureus

6)   Jambe Gumeuleuh
Sama dengan  buah jambe gumeuleuh.

7)   Puteri Malu (Mimosa pudica)
Tanaman puteri malu umumnya digunakan untuk mengobati asthma, peradangan, sensasi terbakar, dan lainnya. Akar tanaman puteri malu apabila direbus dapat digunakan sebagai obat kumur untuk mengurangi sakit gigi. Tanaman tersebut juga dapat digunakan untuk mengobati diare dan infeksi saluran kemih. (Joseph B, dkk, 2013)

8)   Akar Eurih
Umumnya disebut sebagai tanaman Alang-alang, tetapi orang Sunda umumnya menyebut tanaman Eurih. Untuk akar dari tanaman Alang-alang ini umumnya digunakan untuk mengobati hipertensi, demam, kencing darah, scabies, perdarahan, sakit gigi, sakit punggung, dan lainnya. (Hidayat S, dkk, 2017)

9)   Akar Lampuyang (Zingiber zerumbet)
Tanaman lampuyang umumnya digunakan untuk mengobati peradangan, penyakit yang berkaitan dengan sistem pencernaan, batuk, asma, dan penyakit kulit. (Chaudhuri A, dkk, 2018)

1)Babadotan (Ageratum conyzoides)
File source: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ageratum_conizoides_in_Narshapur_forest,_AP_W_IMG_0805.jpg
Disebut juga sebagai tanaman bandotan dalam Bahasa jawa. Tanaman tersebut memiliki kegunaan untuk penyembuhan luka, meredakan peradangan, pengobatan diare, penurun panas, dan masih banyak penyakit lainnya. (Kambooj a, dkk, 2007)

1)Daun Sembung (Blumea balsamifera)
Daun sembung merupakan bagian dari tanaman sembung yang umum digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan diare, meredakan peradangan, melancarkan peredaran darah, dan dapat juga digunakan sebagai obat anti bakteri. (Kusumawati W, dkk, 2016)

1)Tangkal Honje (Etlingera elatior)
Tanaman honje atau disebut juga dengan tanaman kecombrang telah digunakan oleh masyarakat Indonesia baik sebagai makanan maupun obat tradisional. Tanaman tersebut dapat digunakan untuk mengobati demam tifoid, diare, sariawan, batuk, dan meningkatkan nafsu makan. Tanaman honje juga dapat digunakan untuk penghilang bau badan. (Chan E, dkk, 2011)

1)Kulit Kiamis (Cinnamomum burmanii)
Berdasarkan kepmenkes, kayu manis dapat digunakan untuk mengobati sakit haid dan bagian yang digunakan adalah batang dari kayu manis. Ekstrak kulit batang kayu manis juga terbukti berpotensi untuk mengatasi Diabetes Melitus tipe II. Larangan diberikan kayu manis pada pasien alergi, ibu hamil, dan usus buntu. (Emilda, 2018)

1)Kulit Mahoni
Tanaman mahoni umumnya digunakan untuk menyembuhkan diabetes melitus, hipertensi, luka terbuka, dan diare. (Eid A, dkk, 2013)

1)Patrawali
File source: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tinospora_cordifolia.jpg
Disebut juga sebagai tanaman bratawali, umumnya digunakan untuk mengobati rematik, memar, demam, dan dapat meningkatkan nafsu makan. (Harwoko, 2016)

1)Daun Manalika
Daun tanaman malika umumnya disebut sebagai daun sirsak. Berdasarkan kementrian kesehatan, daun sirsak memiliki kegunaan bagi kesehatan seperti mengurangi dan membunuh sel kanker, menyembuhkan wasir (hemorrhoid), menurunkan kolesterol, mengurangi dan menghilangkan jerawat. (Kepmenkes, 2017)

1)Ginseng
Ginseng mengandung komponen ginsenosides yang terbukti memiliki beberapa kegunaan terhadap kesehatan seperti antioksidan, antiperadangan, antidiabetes, antialergi, dan antikanker. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ginseng juga memiliki kegunaan untuk mengobati dan mencegah penyakit jantung tetapi masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai efek samping yang akan terjadi. (Kim J, 2018)

1)Daun Seureuh
Daun sirih dapat digunakan untuk mengobati batuk berdahak, asthma, rematik, sakit perut, perdarahan, luka, dan juga dapat digunakan sebagai penyegar mulut dan pembengkakan gusi. Minyak atsiri pada daun sirih juga berfungsi sebagai antibakteri, antijamur, dan terbukti dapat mengurangi plak pada gigi. (Das s, dkk, 2016)

1)Daun Saliara (Lantana camara)
Daun saliara telah digunakan sebagai obat herbal di berbagai negara. Bagian daun nya dapat digunakan untuk mengobati luka terbuka, rematik, bisul, tetanus, kanker, cacar air, asthma, eksi, pembengkakan, tumor, hipertensi, dan demam. Bagian akar dapat dibubukan dan dicampurkan kedalam susu untuk menyembuhkan sakit perut pada anak-anak. Minyak dari tanaman saliara dapat digunakan untuk gatal dan perawatan kulit. (Kalita S, dkk, 2012)

2)Kunir (Curcuma domestica val)
CREATOR: gd-jpeg v1.0 (using IJG JPEG v62), quality = 85
Kunir merupakan tanaman kunyit dalam Bahasa sunda. Kunyit tidak hanya digunakan untuk bahan dapur, tetapi juga dapat digunakan sebagai obat herbal. Pemberian kunyit terbukti memiliki kegunaan sebagai antiperadangan, antioksidan, antikanker, antiulkus, dan proteksi hati (liver) sehingga kunyit memiliki potensi dalam melawan berbagai penyakit ganas, diabetes, alergi, dan penyakit-penyakit kronis. Berdasarkan kepmenkes, kunyit dilarang diberikan kepada anak umur <12 tahun, pasien batu empedu, alergi, dan gagal ginjal akut apabila digunakan sebagai obat herbal. (Kumar A, dkk, 2011)

2)Jahe (Zingiber officinale)
(BPOM,2004)
Jahe memiliki banyak kegunaan, antara lain untuk obat sakit kepala, masuk angin. Jahe juga digunakan untuk mengobati rematik (Ross, 2005).

2) Laja/Kencur (Alpinia galanga)
(Erna, 2005)
Khasiat dan manfaatnya adalah dapat mengobati rematik, sakit limpa, bronchitis, morbili, panu, sakit kepala, nyeri dada (Erna, 2005).

2)Cikur (Kaempferia galanga L)
(BPOM 2004)
Telah dimanfaatkan cukup banyak sebagai tonikum, yaitu sebagai obat bengkak-bengkak, reumatik, obat batuk, obat sakit perut, manghilangkan keringat (Rukmana, 1994).

2) Cengkeh (Syzygium aromaticum)
(BPOM, 2004)
Tanaman cengkeh juga dapat dijadikan sebagai obat tradisional karena memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, sinusitis, mual dan muntah, kembung, masuk angin, sakit kepala (Riyanto 2012).

2) Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
(BPOM, 2004)
Tanaman binahong adalah tanaman obat potensial yang dapat mengatasi jenis penyakit, diantaranya ialah: diabetes, tifus, stroke, wasir, rhematik, pemulihan pasca melahirkan (Manoi, 2009). Namun, daun ini masih dikembangkan oleh peneliti lebih lanjut, karena masih banyak belum mengetahui khasiat dari daun binahong ini.

2) Pala (Myristicafragrans)
(BPOM, 2004)
Biji paladapat membantu meredakan masuk angin, gangguan percernaan, dan sakit perut. Biji pala juga dapat digunakan untuk membantu menghentikan diare (Fauziah, 2005).

27)Daun Sukun (Atocarppus altilis)

Tanpa disadari, selain buahnya yang di komsumsi, daunnya pun juga bisa dikomsumsi, dan banyak pula khasiatnya bagi tubuh, diantaranya ialah menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolestrol, serta mencegah inflamasi dan peradangan (Fauziah, 2005).

28)Daun Keras Tulang (Floranthus offsinalis)
(BPOM,2004)
Tanaman karas tulang ini merupakan tanaman liar yang dimana mempunyai banyak khasiatnya dimana bisa menurunkan demam, dan mencegah typhus, serta mencegah gangguan kulit bilamana di pakai secara terus menerus dengan cara gosok di kulit (Fauziah, 2005).

29)Jeruk Nipis (Citru aurantifolia)
(BPOM,2004)
Manfaat jeruk nipis adalah sebagai obat tradisional seperti obatbatuk, penghilang rasa lelah, panas dalam, anti mabuk dan lain sebagainya. Jeruk nipis juga berguna untuk minuman seperti jus, sirup, perawatan kecantikan dan penyedap bumbu masakan (Sarwono, 2009).

30)Daun Handeuleum/Daun Ungu (Graptophyllum pictum)
(Lenny, 2006)
Daun ini juga biasanya disebut daun ungu karena daunnya yang berwarna ungu. Daun ini memiliki banyak sekali khasiat, khususnya untuk mengobati wasir dan sembelit (Lenny 2006). Daun ungu pun bisa digunakan untuk obat luar seperti mengobati bisul, borok, luka, sakit telinga (Suhargo 2005).

31)Koneng Bodas/Temu Putih (Curcuma zedoaria)
Rimpang temu putih berkhasiat sebagai antiflogostik, kholeretik, stomakik, antipiretik, dan pelega perut (Soedibyo, 1995). Menurut Depkes RI dalam SP. NO 383/12.01/1999, sudah sejak lama temu putih dimanfaatkan oleh masyarakat untuk terapi penyakit diare, muntah dan disentri. 

32)Daun Kiurat/Daun Sendok (Plantago major)
(Haryanto, 2003)
Merupakan tanaman dimana daunnya berbentuk separti sendok, namun tanaman ini sangat berkhasiat bagi tubuh, herbanya dapat mengatasi gangguan pada saluran kencing seperti infeksi saluran kencing, kencing berdarah (Haryanto, 2003).
  
33)Bujanggut/Daun Mint (Mentha)
(Pournemati P, 2009).
Daun Mint dapat mengatasi sakit tenggorokan, dan sebagai antiseptik dapat melawan bau mulut dan kuman di gigi dan gusi dibuat dalam pembuatan pasta gigi (Pournemati P, 2009).

34)Daun Kemangi (Ocimum xcitriodorum)
(Kusuma, 2010).
Manfaat kemangi biasanya digunakan sebagai obat tradisional, misalnya saja daun kemangi digunakan untuk mengobati, batuk, selesma, demam, urat saraf (Kusuma, 2010).

35)Tanaman Jotang (Spilanthespaniculata)
(Thomas, 2011).
Jotang merupakan dapat ditemukan di persawahan kering diantara tanaman padi. Bagiannya digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai obat tradisional. Seperti bunganya digunakan sebagai obat gusi berdarah dan sakit gigi. Bagian yang lain seperti akar bisa digunakan sebagai obat diare. Daunnya digunakan untuk obat penyakit kulit (Thomas, 2011).

36)Daun Arben 
Tanaman arbenan dapat digunakan untuk kejang, panas, sakit tenggorokan, difteri, sariawan, influenza, batuk, batuk darah, muntah darah, darah haid banyak, luka terpukul, disentri, hepatitis, TBC kelenjar, abses usus, infeksi kulit, gigitan ular, gigitan serangga, dan luka bakar (Dalimartha, 2004)

37)Takokak (Solanum torvum)
(Mangoting dkk, 2008).
Buah takokak juga digunakan sebagai obat darah tinggi, dan penambah nafsu makan. Tanaman ini juga dapat digunakan sebagai obat sakit lambung, sakit gigi, tidak datang haid, dan batuk kronis obat sakit pinggang kaku, bisul, koreng, darah tinggi, penambah nafsu makan, gatal-gatal (Mangoting dkk, 2008).

38)Sadagori (Sida rhombifolia)
(Dalimarta, 2003).
Digunakan untuk mengatasi: influenza, demam, radang amandel (tonsilitis), difteri, TBC kelenjar (scrofuloderma), radang usus  (Dalimarta, 2003).

39)Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L)
(Djauhariya, 2006).
Mengkudu atau yang disebut pacemaupun nonisudah dikenal lama oleh penduduk di Indonesia. Pemanfaatannya lebih banyak diperkenalkan oleh masyarakat jawa yang selalu memanfaatkan tanaman atau tumbuhan herbal untuk mengobati beberapa penyakit (Djauhariya, 2006).

(Djauhariya dkk, 2006).

40)Daun Gedang/Daun Pepaya 
(Ministry of Health. 2010)
Daun pepaya berkhasiat sebagai bahan obat malaria dan menambah nafsu makan. Akar dan biji berkhasiat sebagai obat cacing, getah buah berkhasiat sebagai obat memperbaiki pencernakan. Getah buah pepaya untuk kulit melepuh karena panas, daun pepaya muda untuk pengobatan malaria, demam dan susah buang air besar, akar jari pepaya untuk pengobatan karena digigit ular berbisa, biji pepaya untuk pengobatan rambut beruban sebelum waktunya dan obat cacing gelang, serta pengobatan lain misalnya maag, sariawan dan merangsang nafsu makan (Ministry of Health. 2010).

Banyak sekali obat-obatan tradisional yang digunakan warga Kampung Cikondang, terkhusus Abah Ilin. Pengobatan ini khusunya pada jaman sekarang, masih banyak yang kurang mengetahui pengobatan tradisional, termasuk cara mengolah dan mengkomsumsi obat-obatan tradisional tersebut. Perlu diketahui, bahwa bukan hanya obat-obatan modern saja yang bisa menyembuhkan penyakit-penyakit yang membahayakan bagi tubuh, namun obat-obatan tradisional juga “manjur” tetapi sesuai dengan takarnya.
Read More