Sejarah Kampung Cikondang
Rumah Adat Cikondang |
Kampung cikondang sendiri memiliki sejarah Panjang, dimana
pada abad ke 17 mereka warga Cikondang merupakan orang-orang Nomaden tani yang
selalu berpindah-pindah, mereka membuka lahan hutan untuk dijadikan
pertanian dan perkampungan. Dan mereka
panen padi setahun sekali pada saat musim hujan, hingga pada tahun 1911, dimana
pada tahun itu selokan dibuat untuk mengaliri sawah sehingga mereka dapat panen
dua kali setahun. Pada akhir tahun 1942 terjadi sebuah musibah kebakaran,
dimana asal api itu dari unggunan di depan Rumah penduduk, malam-malam pada
saat itu ada angin besar sehingga tidak terkontrol sehingga menyebarnya api dan
menyambar atap-atap rumah-rumah adat. Sehingga rumah adat yang pada saat itu
berjumlah 61 rumah terlahap api dengan hanya menyisakan satu rumah yang
akhirnya dijadikan masyarakat Cikondang sebagai rumah adat.
Pada 15 Muharram selalu ada ritual adat di Rumah adat
sendiri, dimana ritual tersebut dilakukan sebagai awal taun pembersihan dari
marabahaya atau bencana. Diindikasi terlihat pada masyarakat adat cikondang mulai
1 hingga 14 Muharram. Dan puncaknya 15 Muharram dengan pembacaan doa menyambut
tahun baru Islam. Untuk memperhitungkan penanggalan sepanjang waktu, di rumah
adat sendiri ada alat yang digunakan untuk menghitung penanggalan dengan system
perhitungan tertentu.
Situs Rumah adat Cikondang sendiri sudah menjadi cagar alam
menurut undang-undang no.2 tahun 1992. Dan ajaran Islam di Kampung Cikondang mengikuti
tuntunan ajaran Wali songo dari Sunan Gunung Jati, yaitu Syeh Syarif
Hidayatullah.
Rumah Adat Cikondang
Jendela Rumah adat, Terlihat 9 Ventilasinya |
Kampung Cikondang yang terletak di Desa Lamajang kecamatan
Pangalengan ini merupakan sebuah Kampung adat yang berumur sangat tua,
diperkirakan kampung ini berdiri pada abad ke 17 masehi. Di rumah adat tersebut
dibangun dari berbagai filosofi. Rumah adat tersebut memiliki ukuran 12 x 8m
dengan bahan pembuatan berupa kayu dan bambu yang diambil dari hutan larangan,
dengan luat keseluruhannya adalah 3 hetar. 12 sendiri menandakan setahun 12
bulan, dan 8 sendiri menandakan sewindu 8 tahun. Dengan atap yang dibangun
menggunakan daun alang-alang dan sabut ijuk aren., seperti bagaimana hanya ada
satu pintu keluar (asal dari Allah, kembali ke Allah), dengan adanya parasanak
sebagai bahunya. Lalu ada lima jendela (yang berarti lima rukun islam) dan di
jendela tersebut ditutup oleh Sembilan ventilasi kayu (yang berarti 9 Wali atau
Wali Songo). Lalu ada bangunan lainnya di dekat rumah adat yaitu bangunan untuk
menyimpan lumbung padi, pare-pare untuk tempat beristirahat dan bangunan
Tampian Pancuran yang digunakan untuk mandi diatas kolam ikan. Rumah adat terletak
dibelakang pemukiman Warga Cikondang dengan posisi lebih tinggi dari
rumah-rumah sekitar.
Ruang Masak untuk keperluan Ritual 15 Muharram |
Di bawah atap terdapat para yang digunakan untuk menyimpan
alat-alat ritual yang dipakai untuk upacara 15 Muharram, sementara dibawah Para
ada Pago yang merupakan tempat untuk menyimpan peralatan masak.
Di bagian dalam
Rumah terdapat dua ruangan, yaitu ruangan untuk tidur dan ruangan yang dikhususkan
untuk menyimpan barang pusaka (Pendaring). Di tengah ruangan terdapat Sebelah selatan dari rumah adat ada makan
keramat dari Uyut Pameget dan Uyut Istri. yang Namanya tabu tidak boleh
disebutkan Nama jelas, namun biasa dipanggil Ma. Empuh. Makam tersebut
merupakan keturunan dari Ma. Empuh di abad ke 18 masehi. Dan sesuai hukum adat
dari Ma. Empuh, seluruh bangunan di lahan Adat tidak boleh ditambah maupun
dikurangi. Hari-hari ziarah ke makam leluhur adalah setiap hari senin dan hari
kamis, hari-hari lain dianggap tabu bagi masyarakat adat cikondang. Dan setahun
sekali suka diadakan acara wuku tahun alias seren tahun, yaitu acara
berterimakasih kepada karuhun keluarga Ma. Empuh, dan mendoakan agar diterima
iman islamnya, dimaafkan dari dosanya dan diterima amalnya.
Silsilah Juru Kunci Rumah Adat Cikondang
1.
Juru kunci Rumah Adat Cikondang Pertama, yaitu
Ma. Empuh di abad ke -17
2.
Juru kunci Rumah Adat Cikondang Kedua, yaitu Ma.
Aking di abad ke-18
3.
Juru kunci Rumah Adat Cikondang Ketiga, yaitu
Anom Idil di abad ke-19
4.
Juru kunci Rumah Adat Cikondang Keempat, Yaitu
Anom Rukman di tahun 1962-1978
5.
Juru kunci Rumah Adat Cikondang kelima, yaitu Anom Rumya
dari tahun 1978 – 2003
6.
Juru kunci Rumah Adat Cikondang keenam, yaitu
Aki Emen dari tahun 2003-2005
7.
Juru kunci Rumah Adat Cikondang Ketujuh, yaitu Anom
Darma dari tahun 2005-2006
8.
Juru kunci Rumah Adat Cikondang kedelapan, yaitu Anom Samsa
dari tahun 2007-2010
9.
Juru kunci Rumah Adat Cikondang kesembulan, yaitu Anom
Juhana dari tahun 2010-sekarang
Oleh Devara Bayu Perdana
Mahasiswa Sejarah
0 komentar:
Posting Komentar