Cikondang dalam Sektor Ekonomi
Cikondang, Seperti desa khas adat-istiadat memiliki keharmonisan antara perekonomian dan pelestarian budaya, mengingat tema dari kkn saya kali ini yang berhubungan dengan sustainability tourism, maka fokus utama dari perekonomian cikondang bukanlah semerta merta urusan profit, namun kelestarian kebudayaan pun tetap harus di pertimbangkan.
A. Desa Adat
Salah satu situs terkenal di desa cikondang adalah rumah adat yang terletak didalam kawasan perkampungan warga, disini tidak ada tiket masuk dan embel-embel lain, namun hal itu sangatlah wajar, mengingat juru kunci rumah adat ini mengatakan bahwa di rumah adat bukanlah tempat wisata konvensional melainkan wisata religi dan tempat untuk berziarah, oleh karena itu saya tidak akan membahas terlalu jauh atas aspek ekonomi pada bagian rumah adat ini, mengingat pemasukan daerah dari situs ini nihil. Namun bukan berarti tempat wisata ini tidak memiliki potensi pemasukan daerah sama sekali.
Tampak Depan Rumah Adat |
Setiap tanggal 15 muharram akan ada suatu acara adat dimana masyarakat membuat acara besar yang melibatkan banyak pihak, dimana pada acara tersebut akan ada proses penumbukan padi hingga acara tumpengan dan juga acara adat lainnya. Pada saat itu, potensi ekonomi yang akan muncul juga akan menjadi banyak. Namun sepertinya pemenuhan potensi ekonomi ini tidak terjadi secara keseluruhan, karena pada dasarnya acara ini bersifat gratis (Karena memang sudah budaya mereka, hampir mirip dengan grebeg suro pada masyarakat ponorogo, jawa timur) beberapa saran agar potensi pemasukan ekonomi daerah melalui acara ini sangatlah banyak, namun pihak masyarakat masih belum menyadari potensi ekonomi ini secara luas. Salah satunya, masyarakat dapat memanfaatkan momen puncak acara tersebut sebagai ajang etalase karya seni, ukiran maupun oleh oleh tradisional ke pada wisatawan yang datang pada acara ini, selanjutnya pula akan saya bahas tentang potensi kerajina tangan di desa cikondang yang beriringan dengan kawasan wisata desa adat
B. Kerajinan Tangan sebagai alternatif pemasukan daerah, dan publikasi ke dunia luar.
Setiap desa adat, pastilah memiliki suatu kerajinan tangan yang khas, begitu pula halnya dengan desa adat cikondang. Mereka pun memiliki pengrajin, kali ini pada desa cikondang pengrajin ini terkenal akan kerajinan tangan yang terbuat dari bambu hitam.
Anyaman Bambu hitam |
Figur dan Lukisan yang Berasal dari Anyaman Bambu hitam |
Melihat masih belum adanya suatu demand (Permintaan) maka supply (Penawaran) pun tidak akan ada pula. Hal ini disebabkan oleh banyak hal. Dalam kasus Desa Cikondang, penduduk desa masih belum memiliki media pemasaran yang up to date pada jaman sekarang, dan juga pemerintah yang kurang peduli terhadap potensi pemasukan bukanlah hal yang baru lagi, Namun hal ini dapat diatasi di masa yang akan datang dengan solusi mengikat erat antara kerajinan dan desa adat dalam satu rangkaian acara, yakni pada puncak 15 muharram.
Dimana pada masa tersebut pemerintah daerah dapat membantu pengrajin mendirikan suatu galeri seni yang bertujuan untuk mempromosikan kerajinan daerah khas cikondang, sehingga rantai permintaan dan penawaran akan tercipta, di masa yang akan datang perlu pula diadakannya suatu sistem E-Commerce (Penjualan Online) untuk barang barang kerajinan yang dihasilkan pada desa Cikondang, mengikuti pada rantai permintaan dan penawaran yang diperoleh dari hasil pengikatan acara 15 muharram dan juga kerajinan daerah, sehingga nantinya pemasukan daerah wisata cikondang akan berjalan, dan pada akhirnya alokasi dana yang didapat nantinya bisa dipakai untuk keperluan acara adat dan pemeliharaan desa wisata cikondang.
Oleh Rangga Nur Herlambang
Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2016
0 komentar:
Posting Komentar